Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 Oktober 2011

KALAMI
Berbuat sesuatu yang dicintai Allah belum tentu kita senangi, ya itulah mungkin yang terjadi takkala Kami (birohmah Unila) mengadakan Kalami yang diadakan setiap hari kamis jam 16.00. di Masjid Al Wasi'i.

pemateri menyampaikan materi

bermodalkan semangat dakwah dan janji Allah yang akan menolong orang yang menolong agamaNYa kami senantiasa terus berusaha menyajikan kajian-kajian islam yang sedikit bisa membuka pikiran mahasiswa Unila akan pentingnya islam.
peserta kalami
Bidang Kajian Ilmiah Islam Birohmah adalah salah satu tempat untuk mengkaji islam secara bersahabat, kami juga berusaha mencari pentaujih yang berkompeten dibidangnya. Allhamdullillah kajian berlangsung dengan lancar dan tanggapan dari masyrakat Unila pun baik.
Dakwah memang tidak akan pernah hilang dimuka bumi sampai nanti Allah mendatangkan hari kiamat dan selama itu pula kita dituntut untuk berjuang dan masuk dalam aliran dakwah tersebut. atau kita akan memilih jalan lain yang akan menjatuhjkan kita kelubang kehinaan.
nauzubillah
wallahualam bissawab

Senin, 10 Oktober 2011

Lampung Tengah Beguai Jejamo Wawai
Arifin Broto
 Hari sabtu pagi rencanaku ingin pergi ke Bakauheni main ke Menara Siger, dari malamnya aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk FULUS pagi-pagi aku sudah menunggu bus bakauheni bersama temanku si Arifin Broto di tengah rintik hujan,
pertujukan kuda kepang

tugu pepadun lamteng
setelah 30 menit menunggu entah ada apa tiba2 kami berubah pikiran, kami berubah tujuan ke Seputih Agung Lampung Tengah, yah akhirnya perjalananku ke Lampung Tengah.perjalanan menuju Lampung Tengah tepatnya di kota Bandar Jaya selama 1 Jam perjalanan dengan menaiki bus non AC.
sesampai di Bandar Jaya kami sholat Luhur di masjid kebanggaaan Lampung Tengah yaitu masjid Istiqlal (kayak masjid di Jakarta aja).\
di masjid ini kami sempat bingung karena ada 2 jamaaah dan 2 imam yang sholat bersamaan usut kena usut ternyata 1 jamaah sholat itu sedang menjalankan sholat jamak. ahh,, kami sudah suuzhon ^_^.
masjid Istiqlal Bandar Jaya
sesampai di Seputih Agung saya langsung disungguhi pertunjukan kuda kepang yang boleh dikatakan aneh karena pertunjukan nya memainkan setan dan makhluk halus untuk permainannya, aku sampai malam menonton pertunjukan tertsebut, ada anak-anak juga yang jadi pemainnya pokoknya seru banget deh,,
selain itu aku juga menikmati bendungan yang ada di Desa Muji Rahayu yang air nya sedikit pun tak ada karena kemarau.




Rabu, 05 Oktober 2011

IKAMASA MUARA ENIM

Tanggal 2 Oktober 2011 merupakhari yang membahagiakan dan bersejarah karena pada hari itu kami keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muara Enim melakukan silahturahmi sekaligus pemilihan ketua dan wakil ketua baru, pertemuan ini kami lakukan di Beringin Unila pada jam 10.00.WIB.

rapat pengurus

Memang tak terlalu banyak yang telah saya lakukan selama menjadi ketua Ikamasa Muara Enim mungkin hanya sekedar Sosialisasi ke SMA 1 Muara Enim, pengumpulan jadwal kuliah, Facebook Muara Enim, Tour Ikamasa Muara Enimpantai clara dan Tabek natar ( dan pembuatan atribut (baju dan Pin) Ikamasa sebagai pengenalan Ikamasa.
untuk pengurus baru Ganbate Kudasai..!!

Minggu, 02 Oktober 2011

 SEJARAH LAHAT

Sekitar tahun1830 pada masa kesultanan Palembang di Kabupaten Lahat telah ada marga, marga-marga ini terbentuk dari sumbai-sumbai dan suku-suku yang ada pada waktu itu seperti : Lematang, Pasemahan, Lintang, Gumai, Tebing Tinggi dan Kikim. Marga merupakan pemerintahan bagi sumbai-sumbai dan suku-suku. Marga inilah merupakan cikal bakal adanya Pemerintah di Kabupaten Lahat.

Pada masa bangsa Inggris berkuasa di Indonesia, Marga tetap ada dan pada masa penjajahan Belanda sesuai dengan kepentingan Belanda di Indonesia pada waktu itu pemerintahan di Kabupaten Lahat dibagi dalam afdelling (Keresidenan) dan onder afdelling (kewedanan) dari 7 afdelling yang terdapat di Sumatera Selatan, di Kabupaten Lahat terdapat 2 (dua) afdelling yaitu afdelling Tebing Tinggi dengan 5 (lima) daerah onder afdelling dan afdelling Lematang Ulu, Lematang Ilir, Kikim serta Pasemahan dengan 4 onder afdelling. Dengan kata lain pada waktu itu di Kabupaten Lahat terdapat 2 keresidenan. Pada tanggal 20 Mei 1869 afdelling Lematang Ulu,Lematang Ilir,serta Pasemah beribu kota di Lahat dipimpin oleh PP Ducloux dan posisi marga pada saat itu sebagai bagian dari afdelling. Tanggal 20 Mei akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Lahat sesuai dengan Keputusan Gebernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 008/SK/1998 tanggal 6 Januari 1988.
Masuknya tentara Jepang pada tahun 1942, afdelling yang dibentuk oleh Pemerintah Belanda diubah menjadi sidokan dengan pemimpin orang pribumi yang ditunjuk oleh pemerintah militer Jepang dengan nama Gunco dan Fuku Gunco. Kekalahan Jepang pada tentara sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 dan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka Kabupaten Lahat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1948, Kepres No. 141 Tahun 1950, PP Pengganti UU No. 3 Tahun 1950tanggal 14 Agustus 1950. Kabupaten Lahat dipimpin oleh R. Sukarta Marta Atmajaya, kemudian diganti oleh Surya Winata dan Amaludin dan dengan PP No. 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dalam Tingkat I provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Lahat resmi sebagai daerah Tingkat II hingga sekarang dan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otda, dan dirubah UU No. 32 Tahun 2004 menjadi Kabupaten Lahat.

Bukit Serelo terletak di Desa Perangai Kabupaten Lahat, Bukit Serelo merupakan Landmark Kabupaten Lahat. Bukit Serelo disebut juga dengan Gunung Jempol karena bentuknya yang mirip dengan jempol tangan manusia. Pemandangan disekitar sangat mempesona, aliran sungai lematang seakan-akan mengelilingi bukit ini. Bukit serelo merupakan bagian dari gugusan Bukit Barisan yang merupakan barisan bukit terpanjang di Pulau Sumatera.
 HUMAH BAGHI RUMAH PANGGUNG SUKU BESEMAH
Berkunjung ke Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, belum lengkap jika tidak menyinggahi salah satu rumah tradisional (baghi) suku Besemah. Selain desain arsitektur yang menarik, fisik bangunan yang usianya ratusan tahun itu mengundang kekaguman bagaimana rumah tersebut dibangun.
Hal itu terutama bila melihat 15 buah tiang kayu penyangga bangunan berukuran 30 sentimeter x 30 sentimeter, enam tiang penyangga teras rumah berbentuk bulat dengan diameter sekitar 60 sentimeter, dan papan kayu rumah dengan ketebalan sekitar 5 sentimeter. Kita pasti akan bertanya-tanya, bagaimana orang-orang pada masa lalu mengangkut kayu-kayu raksasa tersebut dari dalam hutan.
Oleh karena itu, tak salah jika Pemerintah Kota Pagar Alam memasukkan rumah-rumah tradisional Besemah sebagai obyek wisata, selain benda-benda megalitikum dan wisata alam Gunung Dempo. Jumlah baghi besemah memang tidak banyak karena hanya orang-orang yang memiliki strata sosial tinggi dan punya banyak uang yang mampu membangun rumah tersebut.

”Biaya ukir rumah bisa mencapai sepertiga dari biaya total pembangunan rumah,” kata pemilik baghi besemah, Musa Akib (69), di Kelurahan Pagar Wangi, Dempo Utara, Pagar Alam.
Mengenai bagaimana kayu dikumpulkan, Musa mengatakan kisah pembangunan rumahnya mengandung cerita mistis. Konon saat rumah akan dibangun, warga di sekitarnya dilarang keluar rumah pada malam hari karena akan ada pengiriman kayu. Setelah itu, keesokan paginya, kayu-kayu tiang yang dibutuhkan sudah ada di lahan pembangunan rumah.
Musa adalah generasi kelima pemilik baghi tersebut. Rumah yang terletak di tengah sawah itu diperkirakan berumur lebih dari 200 tahun. Namun, rumah yang sudah tak dihuni itu masih terlihat kokoh. Warna hitam kayu juga terlihat masih baru dan alami, tanpa dicat. Dulu, atap rumah terbuat dari daun ijuk.
Bagian dalam rumah baghi tidak memiliki sekat sama sekali. Bagian inti rumah berukuran 8 meter x 8 meter. Ruang ini berfungsi sebagai ruang keluarga, ruang tidur, sekaligus tempat menerima tamu.
Ukiran
Ketua Lembaga Adat Besemah Haji Akhmad Amran mengatakan, rumah baghi yang diukir disebut sebagai rumah tatahan (ukiran), sementara rumah yang tak diukir disebut rumah gilapan. Kualitas kayu rumah yang diukir juga jauh lebih baik dibandingkan dengan rumah yang tak memiliki ukiran.
”Bentuk kedua rumah itu sama. Hanya ada tidaknya ukiran yang membedakan karena keberadaan ukiran merupakan cerminan status sosial pemilik rumah yang tinggi,” katanya.
Dalam motif ukiran juga terkandung doa dan harapan. Motif bunga dalam posisi vertikal merupakan pengharapan bahwa rezeki pemilik rumah akan terus naik. Sementara motif bunga horizontal menjadi perlambang persatuan dan gotong royong.
Motif ukir lain yang unik adalah bubulan yang berbentuk lingkaran. Motif ukir yang biasanya terletak di dinding samping rumah itu merupakan simbol persatuan yang kuat di antara sesama penghuni rumah. Bagian tengah bubulan umumnya terdapat lubang yang digunakan sebagai tempat mengintip penghuni rumah terhadap kondisi dan suasana di luar rumah.
Musa mengaku, sejumlah orang telah menawar untuk membeli rumahnya, tetapi dia tidak akan pernah tertarik berapa pun harga yang ditawarkan. Sikap Musa mewakili banyak orang Pagar Alam yang menganggap tempat tinggal sebagai tempat bersatunya keluarga untuk tumbuh lebih maju, seperti falsafah hidup dari setiap ukiran yang ada di dinding baghi besemah.
Pelantikan DFM FP
Sabtu 1 Oktober 2011, Pelantikan DPM FP akhirnya bisa dilaksanakan walau terkesan terlambat tapi inilah fakultas pertanian, fakultas yang begitu banyak intrik dan kepentingan mahasiswanya, fakultas yang unik karena 'masalahnya'. acara pelantikan dihadiri oleh seluruh ketua Lembaga Kemahasiswaan yang ada di Fakultas Pertanian serta Dekan FP Prof.Dr.Ir.Wan Abbas Zakaryia,M.Si. , Pembantu Dekan II Prof.Dr.Ir.Irwan Sukri Banuwa,M.S. dan Pembantu Dekan III Dr.Ir.Tammaludin Syam,M.Si.
 Pelantikan ini menunjukan bahwa FP sebagai bagian dari tempat penggemblengan kader yang sangat konsisten dalam kepedulian terhadap lembaga kemahasiswaan.saya yang juga anggota DPM FP berharap dapat menjalankan amanah ini sebagai penyambung asfirasi masyarakat FP.